Hai...!!! Saya Netty Mathius, orang tua tunggal dengan 1 putri cantik dan pintar, Angelica Ivone Neyro Putri ( 6 tahun ).
Saya menjadi orangtua tunggal sejak 1 Maret 2012.
Hari pertama rasanya berat dan sulit. Setiap hari saya hanya bisa merenung, kenapa harus terjadi seperti ini...???
Saya marah, takut, malu, dan merasa Tuhan tidak adil pada saya.
Saya sering berfikir bahwa saya tidak akan mampu menjaga, merawat & membesarkan anak saya seorang diri tanpa suami.
Waktu terus berlalu,
Ternyata saya bisa dan mampu menjalani semuanya walau terkadang ada rasa sedih saat melihat caca tertidur, saat caca sakit atau saat dia menanyakan "ma, napa papa gak pulang liat Caca"...??? Atau,
"Ma, si Amanda enak ya punya papa, dia digendong sama papanya".
Oh God... Rasanya saya ingin berteriak sekuat-kuatnya tapi gak bisa.
Semuanya hanya tersimpan rapi dalam hati.
Kadang saya merasa takut, saya akan depresi jika terus seperti ini.
Apa yang harus saya lakukan...??? DOA, itulah kekuatan buat saya. Karena sebagai orang yang beriman, saya percaya, TUHAN hanya sejauh DOA, dan bagi saya DOA sangat besar kuasaNya.
Sebenarnya gak
ada orang yang berencana menjadi single parent atau orangtua tunggal.
Tapi, kalau terpaksa jadi orangtua tunggal, apa dan bagaimana agar tidak depresi
dan tetap bahagia...???
Ini kiatnya.
Golongan ini adalah mereka
yang bisa menikmati status itu sebagai “anugerah”.
“Beberapa hal berikut
bisa menjadi solusi, agar para orangtua tunggal berbahagia dan jauh
dari depresi. Menjadikan mereka tetap optimum sebagai orangtua bagi
anak-anak mereka,”.
Yuk, simak...!!!
1. Hidup adalah
pilihan.
Dan setiap pilihan ada di tangan kita. Ketika tiba-tiba kita
menjadi orangtua tunggal -- entah karena kematian atau perceraian,
menjadi sendiri lagi dengan “hak asuh” (anak-anak) ada di tangan, pilihan yang
ada adalah depresi atau bahagia...???
Karena pilihan ada di tangan kita,
pilihlah bahagia. Upayakan hal tersebut.
2. Menuntaskan semua masa
duka yang dipenuhi rasa sedih, marah, takut, malu, merasa hidup (Tuhan)
tidak adil, dan emosi negatif lainnya.
Karena setiap emosi negatif yang
mengendap akan menjadi masalah yang gak terselesaikan, yang bahkan menyulitkan kita
untuk sekadar berdiri, apa lagi untuk maju dan berlari.
3. Menganggapnya
sebagai anugerah alih-alih tanggung jawab yang terasa lebih membebani.
Cobalah menganggap, status orangtua tunggal adalah keistimewaan yang
tidak diberikan kepada siapa saja. Mungkin, hanya orang-orang kuat dan
istimewa yang bisa menerima dan menjalani anugerah ini.
4. Don’t
push the limit!
Ingat, kita tidak akan pernah mampu menggantikan
sebentuk sosok. Seorang papa tidak akan pernah menjadi sosok seorang mama.
Seorang mama tidak akan pernah menjadi sosok seorang papa. Jadi, menjadi
single parent bukan berarti menjalani peran ganda.
5.Apa yang
sebetulnya dibutuhkan anak-anak, bukanlah sosok papa atau mama, melainkan
figur papa atau mama.
Sosok dan figur jelas berbeda. Sosok adalah fisik.
Sedangkan figur adalah peran dan fungsi sosok itu. Maka, jika kita
dihadapkan pada posisi sebagai orangtua tunggal, yang harus
dimaksimalkan adalah mengadaptasi (sebagian, karena tidak mungkin
seluruhnya) peran dan fungsi sosok pasangan kita.
Figur mama: pusat rasa
nyaman, seperti menyediakan kebutuhan, memenuhi afeksi (perhatian,
sentuhan, pelukan), dan lain-lain.
Figur papa: pusat rasa aman, seperti
peduli, percaya, disiplin, dan lain-lain.
6.Hidup adalah sekolah.
Setiap hari proses belajar. Kita tidak harus selalu menjadi yang
terbaik. Maka, jangan pernah takut salah. Tetaplah belajar dari hal
kecil, saat ini juga, untuk menjadi (semakin) benar. Menjadi orangtua
tunggal yang benar.
Semoga...!!!
0 komentar